Banyaknya
amal kebaikan yang telah dilakukan, tingginya keilmuan sehingga disebut sebagai
ulama, atau banyaknya ‘karamah-karamah’ yang telah dimiliki, tidaklah menjadi
jaminan bahwa seseorang akan selamat dan kematiannya dalam status khusnul
khotimah. Semuanya itu belum tentu menjadi jaminan. Sebelum Nabi Adam AS
diciptakan, Iblis, yang saat itu masih bernama Azazil, adalah salah satu mahluk
yang paling dekat (taqarub) kepada Allah, bahkan menjadi ‘teladan’ bagi para
malaikat dalam beribadah dan mengabdi kepada Allah.
Azazil sebenarnya mahluk penghuni
bumi dari bangsa jin, tetapi karena kualitas dan kuantitas ibadahnya yang luar
biasa selama ribuan tahun, derajadnya meningkat pesat melampaui para malaikat. Ketika
Allah menciptakan Nabi Adam AS, mahluk pertama dari bangsa manusia yang
disiapkan untuk menjadi khalifah di bumi, dan malaikat diperintahkan untuk
bersujud kepadanya, mereka semua mematuhinya kecuali Azazil. Azazil berdalih
bahwa bahan asal penciptaannya dari api lebih baik dari pada tanah, bahan asal
penciptaan Adam. Ia juga merasa kedudukannya sangat tinggi dan dekat di sisi
Allah, dan ‘pemahaman’nya tentang Tauhid (hanya Allah SWT yang patut disembah
dan disujudi), yang memunculkan kesombongannya sehingga menolak perintah Allah
tersebut.
Karena sikap angkuhnya tersebut, Azazil
dikutuk Allah hingga tibanya hari pembalasan (yakni Hari Kiamat). Bukannya
menyesal dan bertobat karena sikapnya telah menyebabkan murka Allah dan
jatuhnya kutukan-Nya, Azazil justru menyatakan ‘perang’ kepada Adam dan anak
keturunannya, yang dianggapnya sebagai penyebab ia dimurkai Allah. Tidak
tanggung-tanggung, ia meminta kematiannya ditangguhkan hingga kiamat, dan
bersumpah dengan keagungan Allah (bi’izzatika) untuk menyesatkan manusia,
sebagaimana disitir dalam QS Ash Shaad 82-83 : Iblis menjawab: "Demi
kekuasaan Engkau (ya Allah) aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali
hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka (mukhlishin).”
Setelah terusir dari surga dan alam
malakut (yakni berkumpul bersama para malaikat), Azazil yang tadinya berwajah
rupawan dan bersinar karena cahaya taqarubnya kepada Allah, perlahan tetapi
pasti wajahnya berubah jelek dan menakutkan. Hal ini disebabkan ia tidak pernah
lagi bertaubat dan beribadah kepada Allah, seluruh waktu dan daya upayanya hanya
dicurahkan untuk melampiaskan hasud dan dengkinya kepada manusia, untuk
menyesatkan manusia dari jalan yang lurus, shirathol mustaqim. Dan nama Azazil
sebagai identitas mahluk yang sangat dekat dengan Allah, perlahan dilupakan dan
ia lebih dikenali dengan nama Iblis hingga sekarang.
Mungkin memang sudah menjadi suratan
takdir Allah bahwa Iblis tidak akan kembali menempuh shirothol mustaqim, dan
hanya akan menjadi musuh, sekaligus penggoda manusia untuk menjadikan teman dan
pengikutnya menjadi penghuni neraka. Dengan ‘pengalaman’ kedekatan kepada Allah
jauh sebelum manusia diciptakan, dan terus hidup hingga kiamat dengan satu
tujuan menyesatkan manusia, tentulah kelihaian Iblis dan bala tentaranya dari
golongan syaitan tidak perlu diragukan lagi. Kisah terkenal dan sering
dikisahkan tentang keberhasilan Iblis dalam menggoda manusia adalah tentang
Barsisha.
Barsisha adalah seorang ahli ilmu
dan ahli ibadah yang hidup sebelum Nabi SAW, tetapi tidak jelas pada masa nabi
atau rasul siapa. Karena begitu terkenal kealiman dan ke’abidannya, banyak
sekali orang yang berguru kepadanya. Hebatnya lagi, dari enampuluh ribu
murid-muridnya ternyata mempunyai ‘karamah’ bisa terbang atau melayang di
udara. Dan seperti biasanya, jika ada orang yang tekun beribadah kepada Allah,
Iblis dan bala tentaranya para syaitan sangat membenci orang itu, dan berjuang
keras untuk menyesatkannya. Tetapi terhadap Barsisha ini Iblis telah beberapa
kali mengalami kegagalan.
Tidak hanya menjadi bahan
pembicaraan dan pujian di bumi, di langit pun para malaikat juga memuji
kealiman dan ketekunan ibadah Barsisha. Tetapi suatu ketika Allah berfirman
kepada para malaikat yang terkagum-kagum itu, bahwa pada akhirnya Barsisha
menjadi kafir dan akan masuk neraka untuk selama-lamanya. Tentu saja mereka
keheranan dengan hal itu, tetapi tentu saja Allah SWT, sebagai Maha Penyusun
Skenario kehidupan ini, lebih tahu dan lebih berhak untuk menentukan bagaimana
jalan kehidupan Barsisha itu. Dan berita tersebut ternyata sampai juga ke
pendengaran Iblis, dari para syaitan yang masih sering mencuri dengar berita di
langit. Ia memutar otak dan menyusun strategi, dan akhirnya memutuskan untuk
menjalankan sendiri rencananya tersebut. Untuk orang sekelas Barsisha,
tampaknya ia harus turun tangan sendiri.
Iblis menyamar sebagai seorang ahli
ibadah yang sedang musafir, dan ia singgah ke tempat Barsisha, minta ijin untuk
tinggal beberapa waktu lamanya. Barsisha amat gembira mendapat seorang teman
untuk beribadah kepada Allah, bahkan ia menasehatinya, “Barang siapa beribadah
kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya!!”
Selama tiga hari tiga malam, Iblis
beribadah terus menerus tanpa makan, minum dan tidak tidur. Ibadahnya tampak
sekali sangat khusyu’ dan tulus walaupun hanya pura-pura, dan hal itu tidaklah
sulit bagi Iblis karena ‘pengalamannya’ selama ribuan tahun ketika masih
taqarub kepada Allah, saat masih bernama Azazil. Barsisha ternyata ‘termakan’
dengan jerat yang ditebarkan Iblis. Dengan kagumnya ia berkata, “Wahai saudara,
engkau ini sangat hebatnya beribadah kepada Allah, selama tiga hari tiga malam
tidak makan, minum ataupun tidur. Apakah rahasianya sehingga engkau bisa
berbuat seperti itu? Aku telah beribadah kepada Allah selama 220 tahun, tetapi
masih tidak bisa berbuat seperti engkau!!”
Memang, Nabi SAW pernah
memerintahkan, dalam hal ilmu dan ibadah, hendaknya melihat kepada yang lebih
tinggi, sehingga kita terpacu untuk meningkatkan ibadah dan dalam menuntut ilmu,
sekaligus meredam rasa sombong karena ibadah dan ilmunya. Sedangkan untuk
urusan dunia, hendaklah kita melihat kepada yang lebih rendah (lebih kekurangan
dan miskin), yang dengan itu kita bisa tetap bersyukur kepada Allah. Tetapi di
sisi lain, Nabi SAW pernah menegur beberapa orang sahabat yang
‘berlebih-lebihan’ dalam ibadah. Ada
yang berpuasa terus menerus, khatam Al Qur’an setiap hari, tidak tidur
semalaman untuk melaksanakan tahajud dan lain-lainnya. Bahkan Al Qur’an sendiri
telah menggariskan : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya (QS Al Baqarah 286).
Kembali kepada Barsisha, mendengar
pernyataannya itu, Iblis berkata, “Wahai tuan, saya dahulu pernah bermaksiat
kepada Allah, setelah itu saya bertaubat dengan sungguh-sungguh, dan dengan hal
itu saya merasakan nikmatnya beribadah, sehingga lupa makan, minum dan tidur
seperti yang tuan lihat!!”
Mata Barsisha tampak berbinar, ia
sangat bersemangat untuk bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya,
tanpa menyadari ia sedang masuk perangkap Iblis. Tetapi ia sempat tersadarkan,
“Bagaimana mungkin aku akan bermaksiat, padahal selama ini aku hanya beribadah
saja kepada Allah!!”
“Wahai Tuan,” Kata Iblis dengan
licinnya, “Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang kepada
hamba-Nya. Jika telah merasakan ‘kegelapan’ dosa dan bertaubat, kita akan
sangat bersemangat dalam beribadah kepada Allah, dan bisa merasakan
nikmatnya!!”
Barsisha tercenung beberapa waktu
lamanya, tampak ia diliputi keraguan, tetapi kemudian ia berkata, “Dosa apakah
yang harus aku lakukan?”
Iblis bertepuk tangan gembira,
tentunya hanya ekspresi di dalam hatinya, dan brkata, “Hendaknya tuan berzina!!”
Barsisha terbelalak matanya karena
kaget, dan berkata, “Tidak mungkin aku melakukan hal itu!!”
Iblis berkata dengan licinnya,
“Makin besar dosa yang kita lakukan, kemudian bertaubat, akan besar kita
merasakan nikmatnya ibadah!! ”
Logika yang tidak masuk akal, tetapi
karena sedang ‘ambisius’, kadang pertimbangan akal sehat menjadi tertutup.
Iblis berkata lagi, “Kalau begitu, hendaknya tuan membunuh seseorang yang
beriman kepada Allah!!”
“Aku tidak mungkin melakukannya!!”
Kata Barsisha lagi.
“Kalau begitu hendaknya tuan minum
khamr saja,” Kata Iblis lagi, dengan siasat jitunya, “Dosa minum khamr hanya
berhubungan dengan Allah saja, tidak menyangkut mahluk lainnya, akan lebih
mudah bertaubat kepada Allah!!”
Barsisha tampak menimbang-nimbang,
akal sehatnya tampaknya benar-benar telah masuk perangkap Iblis, hanya karena
‘ambisinya’ untuk bisa menyamai ibadah musafir saleh gadungan, yang sebenarnya
Iblis itu. Kemudian ia berkata, “Dimanakah aku bisa memperoleh khamr itu?”
Iblis berkata, “Ikutlah saya!!”
Dengan patuhnya Barsisha mengikuti
musafir saleh palsu tersebut menuju suatu warung di desa sebelah. Penjualnya
seorang wanita cantik dengan penampilan yang menantang. Setelah minum khamr,
karena memang tidak terbiasa, langsung saja Barsisha mabuk. Tanpa menyadarinya
pula, ia berbuat zina dengan wanita penjaga warung. Tidak lama berselang, suami
si wanita datang dan bermaksud membunuh Barsisha.
Melihat kejadian itu, Iblis
buru-buru menghalangi sang suami untuk membunuh Barsisha, karena jika mati saat
itu, ia tidak akan kekal di neraka. Iblis membawa Barsisha ke hadapan raja, dan
ia dihukum cambuk 80 kali karena minum khamr, dicambuk 100 kali karena berzina,
dan dihukum salib sebagai denda.
Ketika sedang disalib, Iblis
mendatanginya dan berkata, “Wahai Barsisha, bagaimana keadaanmu?”
Barsisha berkata, “Beginilah
keadaannya jika menuruti teman yang jahat!!”
Tampaknya Iblis belum puas dengan
hasil kerjanya, ia berkata, “Engkau telah menyembah Allah selama 220 tahun, dan
kini engkau dalam keadaan tersalib. Bila mau, aku bisa saja menurunkanmu dari
tiang salib ini!!”
Barsisha yang memang belum
mengetahui kalau temannya itu Iblis laknatullah, masih saja termakan dengan
omongannya. Mungkin karena selama ratusan tahun keadaannya dimuliakan orang,
ketika mengalami penderitaan dan kehinaan seperti itu jiwanya jadi goyah. Ia
berkata, “Tolonglah, turunkan dan lepaskan aku dari salib ini. Apa saja yang
engkau minta akan aku turuti!!”
Iblis berkata, “Sujudlah engkau
kepadaku sekali saja, maka aku akan membebaskanmu!!”
Barsisha berkata, “Aku tidak bisa
bersujud di atas salib ini!!”
“Sujudlah dengan isyarat saja!!”
Barsisha bersujud kepada Iblis
dengan isyarat kepalanya, dan setelah itu Iblis tertawa dan lenyap dari
pandangan. Tak lama setelah itu Barsisha mati dalam keadaan kafir kepada Allah.
Na’udzubillahi min dzaalik.
Note:psw71Ts36