Pada yaumul hisab kelak, setelah
menghadapi pengadilan dan mizan (penimbangan amal) di hadapan Allah, seorang
lelaki diperintahkan untuk berjalan ke arah neraka. Walau ia seorang muslim,
tetapi timbangan kebaikannya tidak bisa mengalahkan (lebih berat daripada)
amal-amal keburukannya, dan Allah SWT tidak atau belum berkenan untuk
memberikan ampunan kepadanya.
Lelaki itupun berjalan ke arah
neraka, tetapi pada jarak sepertiganya ia berhenti sebentar dan menoleh ke
belakang, setelah itu berjalan lagi. Pada jarak setengahnya, ia berhenti lagi
dan menoleh ke belakang, tetapi tidak lama berselang ia berjalan lagi. Pada
jarak dua pertiganya, atau sepertiga lagi akan sampai di pintu neraka, dan ia
mulai merasakan panasnya yang membara, lagi-lagi lelaki itu berhenti dan
menoleh ke belakang, tetapi tidak lama ia telah berjalan lagi menuju ke neraka.
Melihat perilaku aneh lelaki itu,
dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Allah
memerintahkan seorang malaikat untuk membawa lelaki itu kembali ke hadapan-Nya.
Setelah dibawa kembali, Allah berfirman kepadanya, “Wahai Fulan, mengapa engkau
sampai menoleh tiga?”
Lelaki itu berkata, “Ya Allah, setelah
hamba sampai di sepertiga jarak ke neraka, hamba teringat akan firman-Mu :
Warabbukal ghafuuru dzur-rahmah (QS al Kahfi 58, artinya : Dan Tuhanmu Maha
Pengampun lagi penuh rahmah/kasih sayang). Maka hamba berhenti dan menoleh,
sangat berharap akan datangnya ampunan dan rahmat-Mu. Tetapi karena tidak
muncul juga, hamba meneruskan perjalanan…”
Lelaki itu meneruskan, “Pada jarak
setengah perjalanan, hamba teringat akan firman-Mu : Wa man yaghfirudz dzunuuba
illallaah (QS Ali Imran 135, artinya : Dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa-dosa selain Allah?), maka besarlah harapan hamba akan ampunan-Mu, karena
sesungguhnya hamba telah berputus asa dari siapapun kecuali hanya Engkau.
Tetapi karena tidak juga terlihat wujudnya harapan itu, hamba berjalan lagi…”
Ia meneruskan, “Ketika sampai pada
jarak dua pertiga, hamba teringat akan Firman-Mu : Qul yaa ‘ibaadiyal-ladziina
asrafuu ‘alaa anfusihim laa taqnathuu min rahmatillah (QS Az Zumar 53, yang
artinya : Katakanlah, hai hamba-hamba-Ku yang melewati batas (dholim) kepada
dirinya sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah). Maka
bertambahlah harapan hamba atas maghfirah dan rahmat-Mu, ya Allah, tetapi
karena tidak juga ada panggilan-Mu, hamba berjalan lagi, hingga salah seorang
malaikat-Mu membawa hamba kembali ke sini!!”
Setelah penjelasannya itu, Allah berfirman, “Pergilah engkau
(ke surga), sesungguhnya Aku telah mengampuni engkau!!”